Pengikut

Minggu, 10 Juni 2012

ENDOMETROSIS

A. Definisi Endometriosis 
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan yang hanya ada dalam rahim, dapat ditemukan di bagian lain dalam tubuh. Keadaan ini menimbulkan rasa nyeri, terutama pada saat haid dan dapat menyebabkan infertilitas (mandul). 
Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologik yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli dinegara-negara maju maupun dinegara berkembang, telah banyak penelitian yang dilakukan terhadap endometriosis, namun hingga kini penyebab dan patogenesisnya belum diketahui juga secara pasti.
Endometriosis adalah penyakit yang berkaitan dengan hormon estrogen dalam darah. Makanan yang mengandung fitoestrogen, seperti kacang kedelai, sayuran hijau dan kacang-kacangan, dapat menurungkan tingkat sirkulasi dari estrogen dalam darah dan tampaknya akan melindungi kita dari penyakit-penyakit seperti endometriosis dan kanker indung telur. Sedang makanan yang tinggi akan lemak jenuh akan meningkatkan konsentrasi estrogen dalam darah.
Endometriosis adalah penyakit yang dipicu pertumbuhan jaringan endometrium di luar rongga rahim. Endometrium adalah jaringan yang membatasi bagian dalam rahim. Dalam siklus menstruasi, ketebalan endometrium akan bertambah sebagai persiapan terjadinya kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, maka lapisan ini akan terlepas dan dikeluarkan sebagai menstruasi.
Kelainan ini diduga diturunkan secara genetis dan ditemukan enam kali lebih sering pada wanita yang mempunyai ibu atau saudara perempuan dengan keluhan ini dibandingkan yang tidak. Endometriosis dapat terjadi kapan saja sepanjang usia reproduksi wanita dan menjadi masalah besar karena bisa mengakibatkan terjadinya infertilitas.

B. Faktor-Faktor penyebab serta diagnosis Endometriosis
• Faktor-faktor Endometriosis
Hingga kini penyebab endometriosis secara pasti belum diketahui. Beberapa pendapat telah dikemukakan, salah satu diantaranya menyatakan bahwa ketika haid serpihan endometrium, ada yang membalik masuk ke dalam saluran telur dan terus masuk ke dalam rongga panggul, kemudian menjadi penyerang (agresor) bagi selaput lendir perut (peritoneum) untuk berubah perangai dan bentuk menjadi tetumbuhan (seperti benalu) yang dapat menyusuk (implant) pada indung telur dan daerah sekitarnya. Proses ini dapat terus tumbuh berkembang. 
Pendapat lainnya adalah bahwa jaringan endometrium itu berpindah melalui pembuluh darah menuju ke berbagai tempat atau organ tubuh dan kemudian melekat dan bertumbuh. Selain itu diduga pula ada faktor bawaan (herediter) atau keturunan dalam keluarga untuk berbakat mempunyai komponen sel yang menjadi endometriosis tetapi ini tidak ada hubungannya dengan kanker (tumor ganas). Tetapi ada beberapa teori yang diajukan selama ini, yaitu :
1. Menstruasi retrograd, di mana sebagian aliran darah menstruasi dari rahim keluar ke rongga perut melalui tuba 
2. Gangguan sistem kekebalan yang memungkinkan sel-sel endometrium melekat dan berkembang 
3. Kelainan genetis 
4. Jaringan endometrium menyebar melalui sistem kelenjar getah bening dan aliran darah 
5. Faktor lingkungan, misalnya paparan terhadap dioxin 
Sedangkan berbagai keadaan yang mempengaruhi endometriosis dalam menyebabkan INFERTILITAS adalah :
1. Parameter Hormonal Dibandingkan dengan siklus normal, fase folikular penderita endometriosis lebih singkat, kadar estradiol lebih rendah, dan nilai puncak produksi LH (LH surge) berkurang. Folikel yang terbentuk pada saat LH surge cenderung berukuran lebih kecil. 
2. Luteinized Unruptured Follicle Syndrome (LUF) LUF adalah kegagalan pelepasan sel telur dari ovarium. 
3. Pengaruh Peritoneal Pada penderita endometriosis ditemukan peningkatan jumlah dan aktivitas cairan peritoneum dan makrofag peritoneum. 
4. Sistem Kekebalan Endometriosis mempengaruhi sistem kekebalan dan langsung bisa mengakibatkan infertilitas. 
5. Produksi Prostaglandin Prostaglandin diduga dihasilkan oleh sel-sel endometriosis muda, menyebabkan spasme atau 
6. kontraksi otot. Akibat pengaruh prostaglandin, tuba menjadi kaku dan tidak dapat mengambil sel telur yang dihasilkan ovarium serta terjadi penolakan perlekatan janin dalam rahim. Selain itu gerakan sperma juga berkurang sehingga mempengaruhi kemampuannya menembus sel telur. 
• Diagnosis
Seorang wanita dengan gejala yang khas atau infertilitas yang tidak bisa dijelaskan biasanya diduga menderita endometriosis. Sebagai tambahan pemeriksaan laboratorium tertentu bisa membantu seperti kadar Ca - 125 dalam darah dan aktivitas endometrial aromatase. Tapi alat diagnosa yang paling dapat dipercaya adalah dengan laparoskopi, yang dilakukan dengan memasukkan alat laparoskop melalui sayatan kecil di bawah pusar. Dengan alat ini dokter dapat melihat organ-organ panggul, kista dan jaringan endometriosis secara langsung.
Bila berdasarkan riwayat penyakit, gejala, dan tanda-tanda serta pemeriksaan bimanual saja, diagnosis endometriosis sukar dibuat. Hal ini disebabkan karena endometriosis sering menyerupai penyakit lain seperti dismenorea primer, radang pelvis, perlekatan pelvis, uterus miomatus, sindroma kongesti pelvis, salfingitis ismika nodosa, penyakit gastro intestinal, penyakit traktus urinarius dan neoplasma.
Diagnosis biasanya dibuat atas dasar anamnesa dan pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan pemeriksaan laparaskopi. Kuldoskopi kurang bermanfaat terutama jika cavum Douglasi ikut serta dalam endometriosis. Pada endometriosis yang ditemukan pada lokasi seperti forniks vaginae post perineum, parut laparatomi, dan sebagainya, biopsis dapat memberi kepastian mengenai diagnosis.
Untuk membuat diagnosis yang akurat diperlukan pemeriksaan langsung ke dalam rongga abdomen (endoskopi), laparoskopi. Moeloek, 1983, mengemukakan bahwa pemeriksaan laparaskopi memungkinkan untuk menghindari diagnosis yang salah dan dapat digunakan sebagai evaluasi pengobatan. Pemeriksaan laparaskopi diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis diferensial seperti radang pelvis, keganasan didaerahh pelvis. Cohen pernah melakukan laparoskopi pada 1380 penderita dan mendapatkan diantaranya 320 (23%) penderita dengan endometriosis, 240 penderita diantaranya menderita endometriosis derajat ringan tanpa gejala. Corson dan Garcia, dkk dalam kesempatan yang berbeda, memastikan diagnosis endometriosis dengan laparoskopi yaitu sebesar 61% dan 77% dari penderita yang dicurigai dengan pemeriksaan dalam, ternyata dengan laparoskopi kekeliruan diagnosisnya adalah 54%. Sedangkan terhadap penderita yang dicurigai adanya endometriosis, kesesuaian diagnosis dengan pemeriksaan laparoskopi adalah 70,8%. Pemeriksaan laparoskopi yang paling baik dikerjakan, yaitu pada siklus haid hari ke-15 sampai dengan hari ke 21 dari siklus yang teratur, atau setiap saat pada pasien dengan siklus haid yang tidak teratur.
Pemeriksaan laboratorium pada endometriosis tidak memberi tanda yang khas, hanya apabila ada darah dalam tinja atau air kencing pada waktu haid, dapat menjadi petunjuk tentang adanya endometriosis pada rektosigmoid atau pada kandung kencing. Sigmoidoskopi dan sitoskopi dapat memperlihatkan tempat perdarahan pada waktu haid.
Differensial diagnosis 
Adenomiosis uteri, radang pelvis dengan tumor adneksa dapat menimbulkan kesukaran dalam mendiagnosis. Kombinasi adenomiosis uteri atau mioma uteri dengan endometriosis, kista ovarium, karsinoma 2.

C. Gejala Endometriosis
Endometriosis bisa timbul di berbagai tempat dan mempengaruhi gejala yang ditimbulkan. Tempat yang paling sering ditemukan adalah di belakang rahim, pada jaringan antara rektum dan vagina dan permukaan rektum. Tapi kadang-kadang ditemukan juga di tuba, ovarium, otot-otot pengikat rahim, kandung kencing dan dinding samping panggul.
Mengikuti siklus menstruasi, setiap bulan jaringan di luar rahim ini mengalami penebalan dan perdarahan. Perdarahan ini tidak mempunyai saluran keluar seperti darah menstruasi, tapi terkumpul dalam rongga panggul dan menimbulkan nyeri. Jaringan endometriosis dalam ovarium menyebabkan terbentuknya kista coklat. Akibat peradangan jaringan secara kronis, terbentuk jaringan parut dan perlengketan organ-organ reproduksi. Sel telur sendiri terjerat dalam jaringan parut yang tebal sehingga tidak dapat dilepaskan. Sepertiga penderita endometriosis tidak mempunyai gejala apapun selain infertilitas.
Penderita yang lain mengalami berbagai gejala dengan gejala utama nyeri. Beratnya endometriosis tidak berhubungan dengan derajat nyeri, bisa jadi endometriosis yang berat hanya menimbulkan nyeri ringan.
Gejala yang sering timbul :
1. Nyeri, hebatnya nyeri ditentukan oleh lokasi endometriosis
o nyeri pada saat menstruasi
o nyeri selama dan sesudah hubungan intim
o nyeri ovulasi
nyeri pada pemeriksaan dalam oleh dokter
2. Perdarahan
o perdarahan banyak dan lama pada saat menstruasi
o spotting sebelum menstruasi
o menstruasi yang tidak teratur
o darah menstruasi yang berwarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi
3. Keluhan buang air besar dan kecil
o nyeri pada saat buang air besar
o darah pada feces
o diare, konstipasi dan kolik
o nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air kecil

Pencegahan dan Pengobatan Endometriosis
• Pencegahan Endometriosis
Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan sesudah perkawinan hendaknya diusahakan supaya mendapat anak-anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis, melainkan menghindari terjaidnya infertilitas sesudah endometriosis, melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, karena dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan ke rongga panggul.
• Pengobatan Endometriosis
Pengobatan yang diberikan tergantung pada gejala, rencana mempunyai anak, usia dan luasnya daerah yang terkena. Pengelolaan endometriosis dengan obat-obatan tidak menyembuhkan, endeometriosis akan kambuh setelah pengobatan dihentikan. Pada wanita dengan endometriosis ringan sampai berat, terutama dengan kasus infertilitas, maka diperlukan pembedahan untuk membuang sebanyak mungkin jaringan endometriosis dan mengembalikan fungsi reproduksi.
1) Pengobatan Hormonal
Tabel. Pengobatan hormonal pada endometriosis
No Cara terapi Efek Efek samping
1 Gn RH agonis ooforektomi Asiklik estrogen rendah Keluhan vasomotor atrofi ciri seks sekunder asteoporosis
2 Danazol metiltestosteron Asiklik estrogen rendah Peningkatan berat badan, break though bleeding, akne, kulit berminyak, perubahan suara hirsutisme,
3 Medroksipogesteron asetat gastrinon noretisteron Asiklik estrogen rendah bleeding Peningkatan berat badan, break, throuh bleeding, depresi, kloating
4 Kontrasepsi oral nonsiklik Asiklik estrogen mual, progestogen tinggi, progestogen tinggi Mual, breakhrough bleeding
Sumber : Winkjosastro,1999: 321
Macam pengobatan hormonal untuk terapi endometriosis
1. Androgen, yaitu preparat yang dipakai adalah metiltestoteran sublingual dengan dosis 5-10 mg perhari. Biasanya diberikan 10 mg per hari pada bulan pertama dilanjutkan dengan 5 mg perhari selama 2-3 bulan berikutnya. Kekurangan adalah: a) Timbulnya efek samping maskulinisasi terutama pada dosis melebihi 300 mg perbulan/ pada terapi jangka panjang. b) Masih mungkin terjadi ovulasi, terutama pada dosis 5 mg per hari. c) Bila terjadi kehamilan akan menimbulkan cacat bawaan pada janin. Keuntungan adalah: a) Digunakan untuk mengurangi nyeri/ dispaneuri. b) Meningkatkan libido. 
2. Estrogen-progesteron, terapi standar yang dianjurkan adalah 0,03 mg etinil estradiol, kekurangan adalah terjadi mual, muntah dan perdarahan. Keuntungan adalah dilaporkan bahwa dengan terapi ini 30 %, penderita menyatakan keluhannya bekurang dan 18 % secara obyektif mengalami kesembuhan. 
3. Progestogen, dosis yang dipakai adalah medroksiprogesteron asetat 30-50 per hari atau noretiston asetat 30 mg per hari kekurangan adalah menghambatan ovulasi, sedangkan keuntungannya adalah terjadinya kehamilan lagi setelah terapi yaitu rata-rata sebesar 26 %. 
4. Danazol, dosis yang dianjurkan untuk endometriosis ringan atau sedang adalah 400 mg/ hari. Sedangkan untuk yang berat diberikan sampai dengan 800 mg perhari. Kekurangan adalah terjadi acne, kulit berminyak, perubahan suara, pertambahan berat badan dan edema. Sedangkan keuntungannya dapat mengurangi ukuran endometrioma dan menghilangkan rasa nyeri 
2) Pembedahan 
1. Pembedahan konservatif dilakukan pada pasien dengan intentilitas dan sudah tua, yaitu dengan merusak seluruh endometriosis dan memperbaiki keadaan pelvis dengan cara neuroktomi presakral. 
2. Pembedahan definitif dilakukan pada pasien yang tidak ingin hamil atau beberapa gejala. Jenis pemebdahannya yaitu histerektomi total, salpingi, ooforektomi bilateral, dan eksisi tempat endometriosis. 
Perlu diingat terlebih dulu harus ditentukan apakah fungsi ovarium dipertahankan atau tidak. Fungsi ovarium dipertahankan pada endometriosis dini, tidak adanya gejala dan pasien usia muda yang masih punya anak. Fungsi ovarium dihentikan bila endometriosis sudah menyerang pelvis secara luas khususnya pada wanita usia lanjut.
3) Pembedahan Radikal
Pembedahan dilakukan dengan mengangkat rahim dan ovarium di samping membersihkan jaringan endometriosisnya. Hal ini hanya dilakukan pada wanita dengan endometriosis hebat yang tidak mengalami perbaikan dengan pengobatan lain dan tidak lagi mengharapkan kehamilan. Setelah dilakukan pembedahan diberikan terapi pengganti estrogen, karena pengangkatan rahim dan ovarium menimbulkan akibat yang sama dengan menopause. Terapi pengganti ini diberikan 4-6 bulan setelah pembedahan agar semua jaringan endometriosis yang tersisa sudah habis dan tidak terbentuk kembali di bawah pengaruh estrogen.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan yang hanya ada dalam rahim, dapat ditemukan di bagian lain dalam tubuh. Keadaan ini menimbulkan rasa nyeri, terutama pada saat haid dan dapat menyebabkan infertilitas (mandul). 
2. Faktor-faktor Endometriosis
• Menstruasi retrograd, di mana sebagian aliran darah menstruasi dari rahim keluar ke rongga perut melalui tuba 
• Gangguan sistem kekebalan yang memungkinkan sel-sel endometrium melekat dan berkembang 
• Kelainan genetis 
• Jaringan endometrium menyebar melalui sistem kelenjar getah bening dan aliran darah 
• Faktor lingkungan, misalnya paparan terhadap dioxin
3. Gejala-gejala Endometriosis

1. Nyeri, hebatnya nyeri ditentukan oleh lokasi endometriosis
o nyeri pada saat menstruasi
o nyeri selama dan sesudah hubungan intim
o nyeri ovulasi
nyeri pada pemeriksaan dalam oleh dokter
2. Perdarahan
o perdarahan banyak dan lama pada saat menstruasi
o spotting sebelum menstruasi
o menstruasi yang tidak teratur
o darah menstruasi yang berwarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi
3. Keluhan buang air besar dan kecil
o nyeri pada saat buang air besar
o darah pada feces
o diare, konstipasi dan kolik
o nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air kecil
4. Pencegahan dan Pengobatan Endometriosis
• Pencegahan 
kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis.
• Pengobatan 
Ada 3 cara pengobatan Endometriosis yaitu :
1. Pengobatan Hormonal
2. Pembedahan
3. Pembedahan Radikal


DAFTAR PUSTAKA
Diyoyen.2009. Endometriosis dan Adenomiosis. http://www.majalahfarmacia.com
Jayanti, Y. 2009. Karya Tulis Ilmiah. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny. T dengan Endometriosis di RSUD Dr Moewardi Surakarta. 

Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
______. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Genikologi dan KB. Jakarta: EGC 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar