Pengikut

Minggu, 10 Juni 2012

DEMAM TIFOID


1.  Konsep Dasar Thypoid 
A.Pengertian
Thypoid fever/demam tifoid atau thypus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
B.Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Samonella Thposa/Eberthela Thyposa yang merupakan kuman negatif, motil dan tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 700C dan antiseptik. Salmonella mempunyai tiga macam antigen, yaitu Antigen O= Ohne Hauch=somatik antigen (tidak menyebar) ada dalam dinding sel kuman, Antigen H=Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat termolabil dan Antigen V1=kapsul ; merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O antigen terhadap fagositosis. Ketiga jenis antigen ini di manusia akan menimbulkan tiga macam antibodi yang lazim disebut aglutinin.
Demam thypoid endemik di Indonesia. Penyakit ini merupakan penyakit menular dan dapat menyerabg banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Di Indonesia demam thypoid jarang dijumpai secara epidemik, tetapi lebih sering terpencar-pencar di suatu daerah. Di daerah endemik transmisi terjadi melalui air tercemar, makanan tercemar dan lingkungan yang kotor. Di daerah endemik demam thypoid, insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak. Orang dewasa sering mengalami infeksi ringan yang senbuh sendiri dan menjadi kebal. Insiden pada pasien berumur 12 tahun ke atas adalah, 70-80% pasien berunur 12 dan 30 tahun, 10-20% antara 30 dan 40 tahun, 5-10% diatas 40 tahun.   


Patofisologi
2.1.1         
Kuman Salmonella thyposa masuk
saluran cerna  

Sebagian dimusnahkan                                                                         sebagian masuk usus halus
    Asam lambung
                                                                                                Diileum terminalis membentuk limfoid
Peningkatan asam lambung                                                                          plaque peyer

Mual muntah                                           sebagian hidup&menetap        Sebagian menembus lamina propia
                                            
                                             Perdarahan                                  Masuk aliran limfe
Intake inadekuat                                                     
                                                                                            Perforasi              Masuk dalam kelenjar limfe mesentrial                                  
Gangg. Keseimbangan Gangg. Nutrisi
 cairan                                            kurang dari kebutuhan           nyeri tekan                              Menembus dan masik aliran darah
 

                                            Gangg.rasa                     Masuk dan bersarang di hati, limpa
                                                           nyaman (nyeri)
                        syok hipovolemik                                                             Hepatomegali, splenomegali
                                                                             
                                                    Kematian                 Penurunan kesadaran                          Infeksi S.thypi&endotoksin
                                                                             
                                                                                                    Dilepasnya zat pirogen oleh leukosit
                                                                                                                Pada jar yang meradang
                                                               
                                                                                                                     Demam Thypoid
                      
                                                                                                                Peningkatan suhu tubuh

C.      Gejala klinis
Masa inkubasi 7-20 hari, inkubasi terpendek 3 hari dan terlama 60 hari (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Rata-rata masa inkubasi 14 hari dengan gejala klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik (Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1994).
Walaupun gejala bervariasi secara garis besar gejala yang timbul dapat dikelompokan dalam : demam satu minggu atau lebih, gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam minggu pertama : demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi dan suhu badan meningkat (39-410C). Setelah minggu kedua gejala makin jelas berupa demam remiten, lidah tifoid dengan tanda antara lain nampak kering, dilapisi selaput tebal, dibagian belakang tampak lebih pucat, dibagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Pembesaran hati dan limpa, perut kembung dan nyeri tekan pada perut kanan bawah dan mungkin disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat seperti delirium.
Roseola (rose spot), pada kulit dada atau perut terjadi pada akhir minggu pertama atau awal minggu kedua. Merupakan emboli kuman dimana di dalamnya mengandung kuman salmonella.

D    Penatalaksanaan
1. Penderita dirawat di bangsal umum (tidak perlu di bangsal khusus              “isolasi”)
2.  Pada fase akut diharuskan tirah baring “absolut” atau bed rest.
3        Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan buahan), kecuali komplikasi pada intestinal dan pemberian suplemen protein oral (“Protein bubuk susu kedelai”)                                                     
                  4.  Terapi Medikamentosa
a.       Antimikroba :
-Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv
-Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral
-Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametoksazol 400 mg + trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama iv, dilarutkan dalam 250 ml cairan infus.
-Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB sehari oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis.
            -Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas 
                  demam.
b.      Antipiretik seperlunya
c.       Vitamin B kompleks dan vitamin C
5.      Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.
                                                                       
Asuhan Keperawatan
a.Pengkajian
Pengumpulan data.
1.      Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
2.      Riwayat penyakit sekarang
                  Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke
                 dalam tubuh.
3.      Riwayat penyakit dahulu
                Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
4.      Riwayat psikososial dan spiritual
Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan.  Gangguan dalam beribadat karena klien tirah baring total dan lemah.
Pemeriksaan fisik
1.      Keadaan umum
Didapatkan  klien   tampak   lemah dan kadang gelisah
2.      Sistem Respirasi : Pernafasan rata-rata ada peningkatan,nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti bronchitis.
3.      Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah,suhu tubuh meningkat 38-41 C,muka kemerahan.
4.      Tingkat kesadaran : dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis)  bahkan kadang sampai delirium atau koma.
5.      Sistem Gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah , mukosa mulut kering, lidah kotor khas (beslag),mual-muntah,anoreksia,konstipasi,nyeri perut,perut terasa tidak enak,peristaltik usus meningkat. Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung (tympani) serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
6.      Sistem Muskuloskeletal
Klien lemah,terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan,nyeri otot punggung dan sendi.integumen.
             7.Sistem Integumen
                 Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak
                 Kusam.
       Pemeriksaan penunjang
1.      Pemeriksaan darah tepi
Didapatkan adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas, terjadi gangguan absorbsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan penghancuran sel darah merah dalam peredaran darah.  Leukopenia dengan jumlah lekosit antara 3000 – 4000 /mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin.  Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil dari darah tepi.  Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu pertama.  Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat akibat rangsangan endotoksin.  Laju endap darah meningkat.
2.      Pemeriksaan urine
Didapatkan proteinuria ringan ( < 2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan lekosit dalam urine.
3.      Pemeriksaan tinja
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan perforasi.
4.      Pemeriksaan bakteriologis
Diagnosa pasti ditegakkan  apabila ditemukan kuman salmonella dan biakan darah tinja, urine, cairan empedu atau sumsum tulang.
5.      Pemeriksaan serologis
Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin ).  Adapun antibodi  yang dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah antobodi O dan H.   Apabila titer antibodi O adalah 1 : 20 atau lebih pada minggu pertama atau terjadi peningkatan titer antibodi yang progresif (lebih dari 4 kali).  Pada pemeriksaan ulangan 1 atau 2 minggu kemudian menunjukkan diagnosa  positif dari infeksi Salmonella typhi.  
6.      Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat demam tifoid.

Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan.
2.      Hipertermi berhubungan dengan gangguan hipothalamus oleh pirogen endogen.
3.      Gangguan nutrisi kurang dari kenutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.
4.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan perforasi usus  


 Daftar Pustaka

Brunner, Suddanth, 1998 “ Medical Surgical Nursing “  6 th ed. Sydney: J.B. Lippicont Company Philadelphia

Barbara Engram, 1998 “ Keperawatan Medikal Bedah , EGC Jakarta 

Dorothy Doughty And Debra Broadwell Jackson, 1993 “ Gastrointestinal Disorder” Mosby Year Book

Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year Book, Toronto.

Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.

Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar