SKRIPSI
STUDI KUALITAS AIR LIMBAH
RUMAH SAKIT UMUM
ANUTAPURA KOTA
PALU
TAHUN 2005
E L F I A N I
K11103221
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2005
LEMBARAN PENGESAHAN
Hasil penelitian ini telah
kami setujui dan siap untuk diajukan di hadapan tim penguji Seminar hasil
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar demi
penyempurnaan penulisan.
Tim Pembimbing
Pembimbing, I
Ir.H.Muhammad Hasyim
Djaffar,M.Si
|
|
Pembimbing, II
dr.H.Makmur
|
Mengetahui,
Ketua Bagian Kesehatan
Lingkungan
Anwar Daud, SKM.M.Kes
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Kesehatan Lingkungan
Sripsi
Agustus 2005
E L F I A N I
STUDI KUALITAS AIR LIMBAH RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA KOTA PALU TAHUN 2005
xiii + 47 hal + 3 Tabel+ 7 Lampiran
Rumah sakit sebagai salah satu
tempat atau sarana pelayanan untuk menangani, merawat dan pengobatan akan
menghasilkan limbah cair dalam jumlah yang cukup banyak. Rumah Sakit Umum
Anutapura Kota Palu belum memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
sehingga limbah yang dihasilkan dikuatirkan mengandung bahan yang berbahaya
bagi kesehatan masyarakat dan lingkungannya
sehingga dipandang perlu melakukan pengolahan.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kualitas air limbah Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu dilihat
dari parameter BOD, COD dan Fospat (PO4). Untuk itu dilakukan
penelitian dengan metode Observasional dengan pendekatan deskritif melalui
pengambilan sampel pada 2 titik effluen dengan jumlah sampel 36, dan
pemeriksaan sampel dilakukan di laboratorium kesehatan oleh tenaga
laboratorium.
Dari hasil pemeriksaan
laboratorium kesehatan diperoleh kadar
BOD pada titik effluent I 6 mg/l – 7,1
mg/l, dan titik effluen II 7,73 mg/l - 9,95 mg/l. kadar COD pada titik
effluent I 381,4 mg/l – 509,6 mg/l, dan pada titik effluent II 509,5 mg/l – 1538,4 mg/l. kadar PO4
pada titik effluent I 0,189 mg/l –
2,032 mg/l, dan pada titik effluen II
0,145 mg/l – 2,379 mg/l.
Jika dibandingkan dengan kadar
maksimum yang diperbolehkan sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No
Kep-58/MENLH/12/995. untuk kadar BOD dan PO4 kualitas air
limbahnya memenuhi syarat, sedangkan
untuk kadar COD kualitas air
limbahnya belum memenuhi syarat.
Karena itu disarankan kepada
pengelolah Rumah Sakit Umum Anutapura
Kota Palu agar memberikan perhatian pada limbah cair dari kegiatan rumah sakit
utamanya dari segi kualitasnya yaitu dengan mengadakan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) agar limbah sebelum dibuang ke badan air diolah terlebih dahulu.
Dan melakukan pengawasan secara kontinyu dan pemeriksaan secara berkala terhadap
limbah cair yang dihasilkan.
Daftar bacaan : 15 (1991- 2005)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan Syukur
penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salam dan
Shalawat penulis hanturkan untuk nabi Muhammad SAW, sudi tauladan bagi manusia
yang telah membukakan jalan suci dalam kehidupan ini.
Dalam proses penyusunan
skripsi ini, berbagai macam hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Namun atas
bantuan, bimbingan dan kerja sama berbagai pihak sehingga hambatan dan
kesulitan tersebut dapat diatasi. Oleh karenanya perkenankanlah penulis
mengucapkan terimah kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada bapak Ir.H.Muhammad Hasyim Djaffar,M.Si selaku pembimbing I dan bapak dr.H. Makmur Selomo, MS. Serlaku pembimbing II dengan penuh keiklasan
dan kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
petunjuk dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada
:
1. Bapak Prof Dr. dr. H.A Razak Thaha, M.Sc
selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Pembantu
Dekan, Staf pengajar dan seluruh karyawan yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama mengikuti
pendidikan di FKM Unhas.
2. Bapak dr.H.Makmur Selomo, Ms
selaku penasehat Akademik yang telah memberi motivasi, arahan dan
dukungan moril kepada penulis.
3. Bapak Anwar Daud SKM M.Kes selaku ketua
jurusan Kesehatan Lingkungan beserta staf atas segala perhatian yang diberikan.
4. Bapak Kadit Balitbangda Kota Palu Sulawesi
Tengah
5. Dr Renny A.Lamadjido SpK serlaku direktur
Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu beserta stafnya, yang telah banyak
menbantu penulis selama melaksanakan penelitian di tempatnya.
6. Direktur laboratorium kesehatan Kota Palu
beserta stafnya, yang telah membantu penulis dalam melakukan pemeriksaan
laboratorium.
7. Pimpinan Proyek DHS ADB Sulawesi Tengah
beserta staf sebagai penyandang dana.
8. Rekan-rekan Mahasiswa FKM Unhas tahun
2003, serta rekan-rekan mahasiswa jurusan Kesehatan lingkungan atas kebersamaan
baik suka maupun duka selama mengikuti pendidikan.
Secara Khusus ucapan terimah
kasih yang tak ternilai harganya, dengan ikhlas penulis persembahkan kepada
ayahanda H.Rakka Baso, Ibunda Hj. Asnia Abd. Rasyid, kakak tersayang Muratni
SE, Wiryatni SE, Sabaruddin SH, Adikku yang tercinta Eliyawati Spd, M. Zaldi,
yang atas segala bantuan dan pengorbanannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan di FKM UNHAS.
Akhir kata, semoga segala
bantuan dan amal ibadah dari pihak yang telah membantu penulis, kiranya
mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT, semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, Amin.
Makasas, Agustus
2005
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ........................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
RINGKASAN............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ....... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. xii
DAFTAR ISTILAH .................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A.
Latar Belakang......................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.................................................................................... 4
C.
Tujuan Penelitian.................................................................................... 5
1.
Tujuan Umum...................................................................................... 5
2.
Tujuan Khusus .................................................................................... 5
D.
Manfaat Penelitian................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6
A.
Tinjauan Umum Tentang Air Limbah .................................................... 6
1.
Pengertian ........................................................................................... 6
2. Sumber
Air Limbah............................................................................. 6
B.
Parameter Air Limbah ............................................................................. 7
C.
Dampak Air Limbah.............................................................................. 11
D. Penampungan dan Pengolahan Air Limbah .......................................... 13
E. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit ................................................. 17
1.
Pengertian Rumah Sakit ................................................................... 17
2. Fungsi
Rumah Sakit ......................................................................... 17
3.
Klasifikasi Rumah Sakit ................................................................... 18
4.
Komposisi Air Limbah Rumah sakit ................................................ 19
5.
Karakteristik Limbah Cair Rumah sakit............................................ 21
F.
Tinjauan Umum Tentang baku Mutu Air Limbah ................................. 22
BAB III. KERANGKA KONSEP .......................................................................... 24
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang
Diteliti .............................................. 24
B.
Bagan Kerangka Konsep....................................................................... 26
C.
Definisi Operasional Dan
Kriteria Obyektif.......................................... 26
BAB IV. METODE PENELITIAN ....................................................................... 28
A. Jenis Penelitian ..................................................................... ........ 28
B. Lokasi Penelitian .............................................................................. 28
C. Gambaran Umum Pengolahan Limbah
Cair Rumah Sakit umum Anutapura Kota Palu 28
D. Populasi dan Sampel .............................................................................. 29
E. Metode Pengukuran .............................................................................. 31
F. Cara Pengambilan Data .......................................................................... 31
E.
Pengolahan dan Analisa Data ................................................................ 31
BAB V HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN ...................................... 32
A. Hasil
Penelitian ..................................................................................... 32
B.
Pembahasan ........................................................................................... 36
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 45
A.
Kesimpulan............................................................................................ 45
B.
Saran ...................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
|
Hasil Pemeriksaan BOD Air Limbah Rumah Sakit Umum
Anutapura Kota Palu Tanggal 16-18 juni
2005 ………………..
Hasil Pemeriksaan COD Air Limbah Rumah Sakit Umum
Anutapura Kota Palu Tanggal 16-18 juni 2005 ………………...
Hasil Pemeriksaan Fosfat PO4 Air Limbah Rumah Sakit
Umum Anutapura Kota Palu Tanggal 16-18
juni 2005 ………………..
|
Hal
33
34
35
|
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Standar Baku Mutu Air Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.
2.
Bagan aliran air limbah rumah
sakit
3.
Hasil pemeriksaan laboratorium
penelitian
4.
Surat izin
penelitian dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
5.
Surat
izin penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa Kota Palu
6.
Surat
izin pernyataan penelitian dari Direktur Rumah Sakit Anutapura Kota Palu
7.
Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR ISTILAH
BOD = Biochemical Oxygen Demend
COD = Chemikal Oxygen Demend
PO4 = Fosfat
MENLH =
Menteri Lingkungan Hidup
IPAL =
Instalasi pengolahan Air Limbah
B3 = Bahan Berbahaya Dan Beracun
UGD = Unit Gawat Darurat
O2 = Oksigen
AMDAL = Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
pH = Simbol menunjukkan derajat keasaman air
mg/l = Miligram / liter
AOC = Association of Official Analitical
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Rumah sakit sebagai salah satu tempat
atau sarana pelayanan untuk menangani, merawat dan pengobatan akan menghasilkan
limbah cair dalam jumlah yang cukup banyak dan kualitasnya perlu mendapat
perhatian karena di dalamnya mempunyai bahan yang berbahaya bagi kesehatan
masyarakat dan lingkungannya (Depkes RI, 1996).
Rumah sakit tidak hanya menghasilkan
limbah organik dan anorganik, tetapi juga limbah infeksi yang mengandung bahan
berbahaya (B3). Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar 10 sampai 15 %
diantaranya merupakan limbah infeksi yang mengandung logam berat antara lain
mercuri. Sebanyak 40 % lainnya adalah limbah organik yang berasal dari makanan,
baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dari dapur gizi. Selanjutnya
sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik ( Setiawan dalam Nataniel, 2001).
Pengolahan limbah rumah sakit yang
merupakan bagian dari upaya penyehatan lingkungan rumah sakit juga mempunyai
tujuan untuk melindungi masyarakat akan bahaya pencemaran lingkungan yang
bersumber dari air limbah rumah sakit serta mencegah meningkatnya infeksi
nosokomial di lingkungan rumah sakit, sebab telah diketahui bahwa limbah rumah
sakit dapat mengandung potensi bahaya yang bersifat infeksi, toksis dan
radioaktif (Soejaga, 1995).
Untuk mencegah agar tidak menimbulkan
masalah yang tidak diinginkan di atas maka perlu pengolahan terlebih dahulu
sebelum dibuang ke lingkungan sekitarnya. Salah satu kasus yang pernah terjadi yang
disebabkan oleh limbah rumah sakit pada tahun 1996 seperti yang dilaporkan oleh
lingkungan hidup DKI bahwa ada 6 buah rumah sakit yang membuang limbahnya ke
kali Ciliwung dan kali Cipinang yang dapat menimbulkan kemungkinan ancaman
bahaya bagi masyarakat Jakarta yang memanfaatkan air yang tercemar. Dari
berbagai bahan beracun yang terdapat dalam air limbah rumah sakit ini termasuk
mikroorganisme yang pathogen, hal ini dapat menimbulkan penyakit yang biasanya
disebut infectious Disease (www.pdpesi.co.id,
diabses tanggal 15 januari
2005).
Semakin tinggi tipe rumah sakit
semakin kompleks jumlah dan jenis limbah yang dihasilkan, bahkan karena
kompleksitasnya melebihi beberapa jenis industri pada umumnya. Jenis limbah
rumah sakit juga memiliki rentang dari berbagai bahan organik, bahan berbahaya,
radioaktif bahkan bakteri atau mikroba pathogenic. Salah satu penyakit yang
ditimbulkan akibat limbah cair rumah sakit adalah infeksi nosokomial.
Hasil penelitian Setyo Sarwanto
Moersidik mengenai karakteristik limbah rumah sakit wilayah Jakarta mengungkapkan masih adanya rumah
sakit di Indonesia
hanya menggunakan septic tank untuk membuang limbahnya. Langkah-langkah konkret
untuk mengelola limbah secara baik tidak banyak dilakukan oleh pengelola rumah
sakit pemerintah atau swasta. Bahkan meningkatnya jumlah rumah sakit ikut pula
meningkatkan kualitas limbah yang dibuang ke sungai. Penggunaan teknologi
kedokteran yang makin canggih yang berdampak positif untuk menyembuhkan pasien
ternyata memberikan dampak negatif terhadap kualitas limbah yang dibuang.
Artinya pada saat ini selain berhadapan dengan kualitas yang semakin bertambah,
kualitas limbah juga makin membahayakan (medika dalam Hasda, 2002).
Bertahannya kondisi demikian
sebenarnya tidak lepas dari sikap pengelola rumah sakit, masyarakat dan
pemerintah dalam menghadapi persoalan dampak negatif limbah rumah sakit.
Sebagai institusi yang memiliki sifat sosial, pengelola rumah sakit terkadang
menempatkan upaya pengelolaan limbah yang baik dalam skala akhir prioritas.
Dari hasil Rapid Assesment tahun 2002
yang dilakukan oleh Ditjen PPM dan PL Direktorat Penyehatan Air dan Sanitasi
yang melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota terhadap keadaan sarana
limbah yang terdiri dari Insenerator dan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL), diketahui dari 1.178 rumah sakit (526 rumah sakit pemerintah dan 652
rumah sakit swasta) di 30 profinsi, yang
mempunyai IPAL sebanyak 36% ( 425 rumah
sakit ). Dari jumlah itu kualitas limbah cair setelah melalui proses pengolahan
yang memenuhi syarat baru mencapai 52 %, dengan demikian masih banyak limbah
cair yang belum memenuhi syarat 48%, dan
IPALnya tidak berfungsi atau sama sekali tidak memilikinya. (www.cybermed,
diabses tanggal 15 januari 2005).
Pengolahan limbah rumah sakit yang
tidak baik akan memicu terjadinya penularan penyakit dari pasein ke pekerja,
pasein kepasein maupun dari dan kepada pengunjung rumah sakit (.www cybermed,
diabses tanggal 15 januari 2005).
Limbah rumah sakit seperti halnya
limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat
kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD,
COD, TSS, PO4, NH3 Bebas.
Rumah sakit umum Anutapura kota palu
pada tahun 2004 tergolong tipe
C dengan jumlah kunjungan pasien rawat jalan 86572 orang dan rawat inap 5921
orang tempat tidur 114 buah, dan sampai saat ini belum mempunyai instalasi
pengolahan air limbah (IPAL), sehingga limbah yang dihasilkan dikhawatirkan mengandung bahan berbahaya yang
memiliki potensi dampak penting terhadap penurunan kualitas lingkungan dan
secara langsung memiliki potensi bahaya kesehatan bagi penduduk sekitar rumah
sakit.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut
maka penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai Studi Kualitas Air Limbah
Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu Tahun 2005.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian diatas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah Bagaimana Kualitas Air Limbah Rumah Sakit Umum
Anutapura Kota Palu tahun 2005.
C. Tujuana Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran mengenai kualitas Air Limbah
di Rumah Sakit Umum Anutapura Kota
Palu Tahun 2005.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui kualitas air
limbah Rumah Sakit Umum Anutapura ditinjau dari parameter BOD (Biological
Oxygen Demand)
b.
Untuk mengetahui kualitas air
limbah Rumah Sakit Umum Anutapura ditinjau dari parameter COD (Chemicall Oxygen
Demand)
c.
Untuk mengetahui kualitas air
limbah Rumah Sakit Umum Anutapura ditinjau dari PO4 (Posfat).
D. Manfaat Penelitian
1.
Hasil penelitian ini merupakan
salah satu sumber informasi bagi pengelola Rumah Sakit Umum Anutapura dalam
upaya pengelolaan limbah rumah sakit.
2.
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memperkaya khasana ilmu pengetahuan dan merupakan bahan bacaan bagi
peneliti selanjutnya.
3.
Merupakan pengalaman berharga
bagi peneliti dalam memperluas wawasan pengetahuan tentang kualitas air limbah
rumah sakit melalui penelitian lapangan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Air
Limbah
1.
Pengertian
Limbah atau air kotor adalah yang berasal
dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya ( Daud,1999)
Pengertian air limbah menurut Depkes RI
adalah air buangan yang berasal dari pemukiman, kotor, perindustrian, restoran,
tempat ibadah, pasar, pelabuhan, rumah sakit, pertambangan serta pertanian yang
akan mencemarkan air tanah permukaan dan akan menjadi breading places binatang
penyebab penyakit.
Air limbah rumah sakit adalah semua
limbah cair yang berasal dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung bahan
kimia beracun dan radioaktif (Depkes RI,
1997).
2.
Sumber Air Limbah
Pada dasarnya sumber air limbah bervariasi
sesuai dengan jenis dan kelas rumah sakit. Umumnya sumber air limbah rumah
sakit berasal dari :
a.
Dapur
b.
Pencucian linen
c.
Ruang perawatan
d.
Ruang poliklinik
e.
Ruang Rodiologi
f.
Laboratorium
g.
WC/kamar mandi
h. Unit lain sesuai kelas rumah sakit
i.
Kamar mayat
B. Parameter Air Limbah
Untuk dapat menilai kualitas hidrosfer, pada
dasarnya orang dapat memeriksa keberadaannya masing-masing elemen fisis, kimia,
biologis radiology di dalam air sesuai dengan standar kualitas air yang
dikehendaki ataupun yang berlaku (Soemirat, 1994).
1.
BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD adalah banyaknya oksigen dalam
ppm atau milligram/liter (mg/l) yang diperlukan untuk menguraikan benda organik
oleh bakteri sehingga limbah tersebut menjadi jernih kembali (Sugiharto, 1997).
Air limbah banyak mengandung senyawa
organik yang dapat diuraikan oleh
beberapa organisme terutama organisme yang terdapat di lingkungan. Organisme
pengurai aerobik, umumnya terdiri dari mikroorganisme seperti bakteri yang
bekerja dalam air menguraikan senyawa organik menjadi karbondioksida dan air.
Proses-proses ini membutuhkan oksigen. Jika jumlah bahan organik dalam air
sangat sedikit, maka bakteri aerob mudah memecahkan tanpa menggangu keseimbangan
oksigen dalam air.
Semakin banyak zat organik yang
terkendung dalam air limbah, maka kebutuhan oksigen oleh bakteri untuk
menguraikan akan semakin tinggi pula, sehingga oksigen terlarut dalam air akan
menurun bahkan mungkin akan habis.
Jika tingkat oksigen terlalu rendah,
maka organisme yang hidupnya menggunakan oksigen seperti ikan dan bakteri aerob
akan mati. Jika bakteri aerob mati, maka organisme aerob akan menguraikan bahan
organik dan menghasilkan bahan seperti Methana dan H2S yang dapat menimbulkan
bau busuk pada air.
Uji BOD adalah salah satu metode
analisis yang paling penting banyak digunakan dalam penanganan limbah dan
pengendalian polusi. Uji ini mencoba menentukan kekuatan polusi dari suatu limbah
dalam pengertian kebutuhan mikroba akan oksigen dan merupakan ukuran tak
langsung dari bahan organik dalam limbah.
Uji BOD distandarisasi pada periode 5
hari, suhu 20º C. Sampel disimpan dalam botol yang kedap udara. Stabilisasi
yang sempurna dapat membutuhkan waktu lebih dari 100 hari pada suhu 20°C.
Periode inkubasi yang lama ini tidak praktis untuk penentuan rutin. Oleh karena
itu prosedur yang disarankana oleh AOC (Association of Official Analitical)
adalah periode inkubasi 5 hari dan disebut BOD5.
2.
COD (Chemikal Oxygen Demand)
COD mengambarkan jumlah total oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimia yang terdapat
pada air limbah, baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar
didegradasi secara biologis menjadi CO2 dan H2O. Pada
prosedur penentuan COD, oksigen yang dikomsumsi setara dengan jumlah dikromat
yang diperlukan untuk mengoksidasi air sampel ( Boyd,1988).
COD
secara umum lebih tinggi dari BOD dikarenakan lebih banyak bahan-bahan yang
terkandung di air limbah yang bisa dioksidasi secara kimiawi dibandingkan
secara biologis, perbedaan diantara kedua nilai disebabkan oleh banyak faktor
seperti bahan kimia yang tahan pada oksidasi biokimia tetapi tidak terhadap
oksidasi kimia, seperti lignin, bahan
kimia yang dapat dioksidasi secara kimia
dan peka terhadap oksidasi biokimia serta adanya bahan toksid dalam limbah yang
akan mengganggu uji BOD tetapi tidak pada uji COD.
Untuk sebagian tipe dari limbah,
sangat besar kemungkinannya untuk mengkorelasikan antara COD dengan BOD. Hal
ini sangat berguna karena COD dapat ditentukan dalam waktu 3 jam bila
dibandingkan dengan BOD yang membutuhkan waktu selama lima hari. Ketika menetapkan korelasi antara
keduanya, pengukuran COD dapat digunakan untuk mendapatkan keuntungan yang
lebih baik untuk rencana pengolahan, kontrol dan operasional.
3.
Fospat.(PO4)
Fosfor terdapat dalam air limbah
sebagai fosfat dalam bentuk ortofosfat dan polifosfat. Sumber Fosfor dalam air
limbah termasuk bahan organik, fosfat
yang berasal dari bahan pembersih yang digunakan untuk proses pembersihan,
serta hasil buangan manusia, dan air
seni. Dengan demikian unsur ini terdapat sebagai senyawa mineral dan senyawa
organik. Fosfat juga dapat berada sebagai ligan dalam sebuah kompleks logam
karena fosfat bereaksi dengan sejumlah zat membentuk senyawa yang tidak larut,
dan mudah diadsorpsi oleh tumbuh-tumbuhan, kosentrasi dari fosfat anorganik
terlarut dalam kebanyakan perairan konstan.
Fosfat yang terikatan denga ferri (fe2(PO4)3)
bersifat tidak larut dan mengendap didasar perairan. Pada saat terjadi kondisi
anaerob, ion besi valensi tiga (ferri) ini mengalami reduksi menjadi ion besi
valensi dua (ferro) yang bersifat larut dan melepas fosfat keperairan sehingga
meningkatkan keberadaan fosfat di perairan.
Walaupun sejumlah kecil fosfat
terlarut terdapat dalam air alamiah bila jumlahnya meningkat akan berbahaya
terhadap kehidupan air. Kenaikan konsentrasi fosfat merupaka adanya zat
pencemar dalam peraira.
Jika kandungan rata-rata fosfat dalam waktu 24 jam lebih besar dari 2 mg/l akan
berpengaruh pada kesehatan manusia yaitu memyebabkan gangguan tulang.
C. Dampak Air Limbah
Air limbah apabila tidak ditangani
dengan baik akan menimbulkan akibat dan resiko antara lain (Hidisoegondo, 1990)
1.
Resiko terhadap kesehatan
manusia
Air limbah sangat berbahaya terhadap
kesehatan manusian karena dapat menjadi
media pembawa penyakit dan juga banyak mengandung bakteri-bakteri pathogen. Air
limbah akan menyebabkan tertariknya beberapa species penyebab penyakit seperti
tikus, nyamuk, lalat dan sebagainya.
Limbah cair rumah sakit dapat
berfungsi sebagai media pembawah penyakit Hepatitis B yang dapat ditularkan
melalui darah penderita. Pembenihan dan bahan-bahan kuman penyakit menular
mengandung miroorganisme dalam jumlah yang banyak yang berasal dari
laboratorium yang mengandung bahan-bahan kimia, jarum suntik benda tajam yang
dibuang kesaluran air limbah, limbah yang tekontaminasi dari perawatan pasein.
Selain resiko yang disebabkan oleh
mikroba, senyawa toksikpun dapat menyebabkan kematian dan penderitaan manusia
seperti kematian akibat keracunan pestisida dalam air minum atau keracunan
akibat logam berat.
2.
Resiko terhadap keseimbangan
lingkungan
Air limbah banyak mengandung senyawa
organik yang dapat dimanfaatkan oleh beberapa organisme terutama mikroorganisme
yang terdapat di lingkungan. Organisme tersebut metabolisme senyawa organik
tadi melalui reaksi oksidasi dengan mengunakan oksigen yang terlarut dalam air.
Karena oksigen mempunyai kelarutan lebih kecil maka dengan cepat dikonsumsi
yang akhirnya menyebabkan air kekurangan oksigen dan lingkungan menjadi
aerobik. Begitu oksigen habis, maka beberapa organisme yang hidupnya
menggunakan oksigen seperti ikan dan bakteri aerobik akan mati.
Di samping itu ada beberapa senyawa
organik atau hasil degradasinya yang bersifat toksik untuk kehidupan fauna
maupun flora yang hidup dalam air. Senyawa organik yang mengandung N terutama N Amoniak akan dapat memodifikasi keseimbangan ekologi,
diantaranya adalah hilangnya beberapa species ikan akibat keracunan amoniak.
Perlu diketahui bahwa sifat toksik beberapa senyawa tergantung dari beberapa
faktor antara lain : kosentrasi, suhu, adanya senyawa lain dan daya tahan
kesehatan dari organisme.
3.
Resiko terhadap keindahan lingkungan
Air yang tercemar seringkali
mengeluarkan bau yang sangat menusuk hidung atau berubah warna menjadi hitam,
coklat atau merah tergantung dari jenis pencemaran yang ada hal ini akan
menimbulkan gangguan pemandangan dan keadaan ini juga akan menggangu segi keindahan yang
dipunyai air.
4.
Gangguan terhadap kerukan
benda
Apabila air limbah mengandung
karbondioksida yang agresif, maka mau tidak mau akan mampercepat proses
terjadinya karat pada benda yang terbuat dari besi serta bangunan kotor
lainnya. Dengan cepat rusaknya benda itu maka, biaya pemeliharaannya akan
semakin besar pula, yang berarti akan menimbulkan kerugian material. Selain
karbondioksida agresif, maka tidak kala pentingnya apabila air limbah itu
adalah air limbah yang berkadap pH rendah atau bersifat asam maupun pH yang
tinggi yang bersifat basa. pH yang rendah dan pH yang tinggi akan mengakibatkan
kerusakan pada benda-benda yang dilaluinya.
Lemak yang merupakan sebagian dari
komponen air limbah mempunyai sifat yang menggumpal pada suhu air normal, dan
akan berubah menjadi cair apabila berada pada suhu yang lebih panas. Lemak yang
berubah benda cair pada saat dibuang kesaluran air limbah akan menumpuk secara
kumulatif pada saluran air limbah karena mengalami pendinginan dan lemak ini
akan menempel pada dinding saluran air limbah yang pada akhirnya akan menyumbat
aliran air limbah. Selain penyumbatan akan dapat juga terjadi kerusakan pada
tempat dimana lemak tersebut menempel yang bisa berakibat timbulnya kebocoran
(Sugiarto, 1987).
D. Penampungan dan Pengolahan
Air Limbah
Tujuan pengolahan air limbah cair
adalah menurunkan kadar zat-zat pencemar yang terkandung di dalam air limbah
sampai memenuhi persyaratan effluent yang berlaku. Proses pengolahan air limbah
apapun tidak mungkin dapat menghilangkan sama sekali kadar pencemar, melainkan
hanya dapat menurunkan sampai batas-batas yang diperkirakan oleh peraturan yang
berlaku (Djajadiningrat, 1993).
Sebelum limbah dibuang ke lingkungan,
limbah cair rumah sakit terlebih dahulu melalui pengolahan antara lain :
1. Waste Stabilization Pound System (Kolam
Satbilisasi Air Limbah)
Yang
menjadi kendala dari sistem ini adalah masalah lahan yang diperlukan, sebab
untuk kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas, maka biasanya sistim
ini di anjurkan untuk rumah sakit di luar kota yang biasanya masih tersedia
lahan yang cukup luas.
Sistim ini hanya terdiri dari
bagian-bagian yang cukup sederhana, yakni :
a.
Pump Sump (pompa air kotor)
b.
Control Room (ruangan untuk
control)
c.
Intel
d.
Stabilization Pond (Kolam
stabilisasi), biasanya dua buah
e.
Interconnection antara dua
kolam stabilisasi
f.
Outlet dari stabilisasi menuju
ke sistim klorinasi
g.
Bak klorinasi
2.
Waste Oxidation Ditch Tratment
(Sistem Kolam Oksidasi Air Limbah)
Sistim ini cocok untuk pengolahan air
limbah di tengah kota
karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasinya sendiri dibuat bulat
atau elips dan air limbah dialirkan secara berputar agar ada kesempatan lebih
lama kontak dengan okigen di udara (aerasi).
Sistim ini terdiri dari
komponen-komponen sebagai berikut :
a.
Pump Sump (pompa air kotor)
b.
Ruang Kontrol
c.
Sedimentation
d.
Bak klorinasi
e. Sludge drying Bed (untuk mengeringkan
lumpur, biasanya 1-2 petak)
Air limbah
dialirkan kedalam sedimentasis tank untuk mengendapkan benda-benda padat dan
lumpur lainnya. Selanjutnya air yang nampak sudah jernih dialirkan ke bak
klorinasi sebelum dibuang kedalam sungai atau badan air lainnya. Sedangkan
lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan pada Sludge Drying Bed.
3.
Anaerobic Filter Treatment
System
Sistim pengolahan air limbah melalui
proses pembusukan anaerobik melalui suatu filter/saringan, dimana air limbah
tersebut sebelumnya telah mengalami pre-treatment dengan septic tank.
Dari proses anaerobik filter treatment
biasanya akan menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik yang
memerlukan chlor lebih banyak untuk proses oksidasinya. Oleh sebab itu sebelum
effluent dialirkan ke bak klorinasi, ditampung dulu di kolam stabilisasi untuk
memberikan kesempatan oksidasi zat-zat tersebut, sehingga mengurangi jumlah
chlorine yang dibutuhkan pada proses klorinasi nanti. Sistem anaerobik Treatment terdiri dari
komponen-komponen antara lain :
a.
Pump Sump (pompa air kotor)
b.
Control Room
c.
Septic tank
d.
Anaerobic filter
e.
Stabilitation Tank (Bak
stabilisasi)
f.
Chlorinasion Tank (Bak
klorinasi)
g. Sludge Drying bed (tempat pengeringan
Lumpur)
4.
Septik Tank
Septic tank dipergunakan untuk
mengelola air kotor pada rumah tangga, termasuk limbah cair rumah sakit.
Penyaluran semua limbah cair ke dalam septic tank akan menjadi lebih baik oleh
karena cara ini akan menjadi hasil pembersih yang lebih baik. Dasar septic tank
dibuat miring sehingga lumpur dapat berkumpul menyebelah dan kemudian mengalir
dengan sendirinya ke dalam ruang lumpur kedua yang letaknya berdampingan dengan
septic tank. Dari ruang lumpur kedua ini, lumpur busuknya dapat dikeluarkan
pada waktu-waktu tertentu tanpa mengganggu isi septic tank. Dengan adanya ruang
lumpur kedua ini dapatlah terjamin bahwa yang dikeluarkan hanyalah lumpur yang
betul-betul sudah membusuk dan stabil serta tidak terdapat lagi bakteri
pathogen dan diharapkan juga tidak mengandung telur-telur cacing.
E. Tinjauan Umum Tentang
Rumah Sakit
1.
Pengertian rumah sakit
Rumah sakit merupakan salah satu lembaga
sosial masyarakat yang mutlak diperlukan dalam hal ini memberikan pelayanan
kesehatan. WHO mengemukakan definisi rumah sakit adalah salah satu bagian
intergral dari organisasi sosial yang berfungsi untuk memberikan pelayanan
kesehatan masyarakat meliputi pengobatan/perawatan, pencegahan dan juga
memberikan pelayanan kepada pasein, keluarga serta lingkungan.
Pengertian tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa rumah sakit adalah suatu lembaga sosial masyarakat yang
bertanggung jawab dalam hal memberikan pelayanan dibidang kesehatan oleh karena
itu dapat diasumsikan bahwa rumah sakit juga harus memenuhi persyaratan
perumahan dimana salah satu persyaratan tersebut adalah pemeliharaan kesehatan
lingkungan yang baik dalam hal preventif atau pencegahan.
2.
Fungsi rumah sakit
Rumah sakit mempunyai fungsi sebagai berikut (Depkes RI,
1989) :
a.
Melalui poliklinik diharapkan
dapat memberikan pengobatan kepada penderita dalam lingkungan keluarga maupun
masyarakat sekitarnya.
b.
Memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat baik penderita maupun bukan penderita. Artinya dapat
memberikan pelayanan kesehatan baik pengobatan maupun bidang pencegahan
c.
Sebagai penelitian bidang
kesehatan
d.
Sebagai tempat latihan dan
pendidikan tenaga medis atau perawat termasuk para medis.
3.
Klasifikasi rumah sakit
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 031/tahun
1972 rumah sakit diklasifikasikan atas beberapa tingkat yaitu :
a.
Rumah sakit tipe A
Rumah Sakit dimana pelayanan spesialistis dan sub
spesialistis, score pelayanan adalah tingkat nasional dan selain sebagai tempat
pelayanan kesehatan, juga digunakan untuk pendidikan dokter spesialis.
b.
Rumah sakit tipe B
Rumah sakit dimana ada pelayanan spesialistis minimal 12
spesialistis score pelayanan adalah setingkat propinsi dan selain pelayanan kesehatan
juga digunakan untuk pendidikan dokter umum.
c.
Rumah sakit tipe C
Adalah rumah sakit yang melaksanakan pelayanan paling
sedikit 4 spesialis yaitu : penyakit dalam, kesehatan anak , bedah, kebidanan
kandungan, score pelayanan adalah tingkat kabupaten.
d.
Rumah sakit tipe D
Rumah sakit dimana pelaksanaan pelayanan kesehatan yang
bersifat umum.
e.
Rumah sakit tipe E
Rumah sakit khusus baik dari penderita maupun
penyakitnya, score pelayanannya pada wilayah tertentu tergantung banyaknya
penderita dan penyakit.
4.
Komposisi Air Limbah Rumah
Sakit
Komposisi air limbah rumah sakit tidak banyak
berbeda dengan air limbah rumah tangga, bahwa dari segi mikrobiologi
sekalipun, air limbah yang berasal dari
bagian penyakit menular atau sanatorium TBC karena organisme belum dipisahkan
melalui pengolahan setempat (Depkes RI, 1997).
Komposisi air limbah rumah sakit ini bermacam-macam
tergantung dari jenis dan bahan-bahan yang digunakan dalam melaksanakan aktivitas
sehari-hari. Jika ditinjau dari bentuk sampah dan limbah yang dibuang oleh
rumah sakit, maka komposisi air limbah rumah sakit terdiri dari tiga komponen
utama yakni ;
a.
Bahan Padat
Merupakan bahan yang tidak dipakai atau tidak berguna lagi sebagai hasil dari seluruh
kegiatan rumah sakit yang tidak digunakan atau dibuang.
b.
Bahan Cair
Semua limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah sakit
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif.
c.
Bahan Gas
Dapat terjadi langsung berupa gas atau bau busuk, uap
bahan kimia yang bocor, bahan pencemar udara yang tidak langsung dari
incinerator atau pembakar sampah.
Dari ketiga kelompok diatas, dapat dikategorikan sebagai
berikut :
a.
Limbah klinis
Limbah yang dihasilkan selama pelayanan pasien secara
rutin, pembedahan dan unit-unit resiko tinggi. Limbah klinis berasal dari
kegiatan pelayanan medik perawatan, poliklinik, farmasi, bedah/kamar operasi,
sisa benda tajam, kimia, infeksi, radioaktif, jaringan bentuk tubuh dalam
bentuk padat maupun cair.
b.
Limbah Patologi
Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi
dan sebaiknya diotoklaf sebelum keluar dari unit patologi. Limbah patologi terdiri dari
jaringan-jarimgan, organ, bagian tubuh, plasenta, bangkai binatang, darah dan
cairan tubuh.
c.
Limbah non klinis
Yang termasuk disini umumnya berasal dari kegiatan kantor,
dapur, pencucian, mesin disel dan buangan dari tanam-tanaman (Kusnoputranto,
1996).
Dari sekian banyak limbah, jenis
limbah klinis yang membutuhkan perhatian khusus adalah limbah yang dapat
menyebabkan penyakit menular (infectious waste) atau limbah biomedis. Limbah
ini biasanya hanya 10 – 15 % dari seluruh volume limbah kegiatan pelayanan
kesehatan.
Pada kenyataannya mengenai komposisi air limbah, selain terdiri dari
air, juga terdiri dari bahan padatan yakni partikel dari bahan organik dan
anorganik. Secara garis besar bahwa bahan padat yang terdapat dalam air limbah
terbagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :
a.
Organik
Bahan-bahan organik terdiri dari protein 65%, karbohidrat 25%,
dan lemak 10%. Bahan-bahan ini sebagian besar terurai yang merupakan sumber
makanan dan media yang baik bagi perumbuhan mikroorganisme termasuk bakteri.
b.
Anorganik
Bahan-bahan anorganik adalah terdiri dari butiran,
garam-garam, dan metal. Bahan ini biasanya dalam keadaan mengendap, melayang,
terapung dan terlarut (sugiarto, 1987).
5.
Karakteristik Limbah Cair Rumah
Sakit
Seperti limbah cair lainnya, limbah cair rumah sakit
juga memiliki karakteristik yang meliputi :
a.
Karakteristik fisik
Karakteristik fisik terdiri dari warna, bau, suhu,
padatan, serta kelarutan.
b.
Karakteristik kimia
Karakteristik kimia terdiri dari
1)
Bahan - bahan organik :
karbohidrat, protein, lemak,minyak, surfectan,
bahan-bahan kimia
2)
Bahan-bahan anorganik :
pH, Nitrogen total, Clorida, fospat, alkalinity, dan
logam berat.
Bahan gas
Oksigen terlarut, H2S,
Metan.
c.
Karakteristik biologis
Karakteristik biologis yaitu kandungan mikroorganisme
dalam air limbah terdiri dari :
Bakteri, fungi, algae, protozoa, virus, dan cacing.
F. Tinjauan Umum Tentang Baku Mutu Air Limbah
Menurut Connel dan Grogory (1995) baku mutu lingkungan dan
kriterianya memberikan suatu ciri kadar yang dapat diterima mengenai keberadaan
suatu untuk pemeliharaan kualitas lingkungan yang dikaitkan dengan penggunaan
pasokan rumah tangga, industri dan pertanian.
Untuk melindungi masyarakat dan
lingkungan dari pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh limbah rumah sakit, maka
pemerintah telah menetapkan beberapa peraturan yaitu :
a.
Peraturan pemerintah No. 20
tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran air.
b.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 928/Menkes/IX/1995 tentang
kegiatan dibidang kesehatan yang wajib AMDAL.
c. Peraturan pemerintah RI No. 74 tahun 2001
tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3).
d. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah
Sakit.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variable
Yang Diteliti
Rumah sakit dalam kegiatannya
sehari-hari, menghasilkan berbagai macam limbah yang perlu mendapat perhatian
khusus. Berbagai macam limbah yang dihasilkan dari rumah sakit dan unit
pelayanan medis lain dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan baik
bagi petugas, pasien maupun pengunjung rumah sakit, dan dapat menjadi sumber
bagi pencemaran terhadap lingkungan, yang pada gilirannya akan menjadi ancaman
terhadap kesehatan masyarakat yang lebih luas.
Untuk mengurangi tingginya kandungan
zat organik dan anorganik pada air limbah, maka perlu dilakukan suatu proses
pengolahan air limbah dengan melalui beberapa tahapan pengolahan yang berfungsi
untuk mengendapkan zat-zat tertentu dan untuk menurunkan bahan pencemar yang
terkandung dalam air limbah.
Dengan demikian maka air limbah yang
keluar dari pengolahan telah memenuhi standar baku mutu air limbah. Adapun masing-masing
variabel yang termasuk dalam pengolahan tersebut dan merupakan parameter
terhadap air limbah dapat di uraikan sebagai berikut :
1.
Biological Oksigen Demand (BOD)
BOD adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau
milligram/liter (mg/l) yang diperlukan untuk menguraikan benda organik oleh
bakteri, sehingga limbah senyawa organik secara kimiawi yang kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana melalui proses oksidasi sehingga kehidupan dalam
air tidak terganggu.tesebut menjadi jernih kembali.
2.
Chemical Oxyygen Demand (COD)
Chemical Oxyygen Demand adalah banyaknya oksigen dalam
mg/l yang dibutuhkan untuk menguraikan
3.
Fosfat (PO4)
Fosfat adalah suatu unsur senyawa fosfor yang terdapat
pada air limbah sebagai fosfat dalam bentuk ortofosfat dan polifosfat.
B.
Pola Pikir Variabel Yang Diteliti
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
C. Definisi Oprasional Dan
Kriteria Obyektif
1.
Biological Oksigen Demand (BOD)
Yang dimaksud BOD dalam penelitian ini adalah banyaknya
oksigen dalam ppm atau milligram/liter yang diperlukan untuk menguraikan benda
organik oleh bakteri sehingga air limbah tersebut menjadi jernih.
Kriteria obyektif
Memenuhi syarat
: Apabila kadar BOD maksimal 30 mg/l
Tidak memenuhi syarat : Apabila kadar BOD melebihi 30 mg/l
2.
Chemical Oxygen Demand (COD)
Yang dimaksud dengan COD dalam penelitian ini adalah
banyaknya oksigen dalam miligram/liter yang dibutuhkan untuk menguraikan benda
organik dalam limbah rumah sakit secara kimiawi.
Kriteria oyektif
Memenuhi syarat : Apabila hasil pengukuran telah
sesuai dengan standar baku air limbah yaitu 80 mg/l
Tidak memenuhi syarat : Apabila kadarnya melebihi 80 mg/l.
3.
Fospat (PO4)
Yang dimaksud dengan fosfat (PO4) dalam
penelitian ini adalah suatu unsur senyawa fosfor yang terdapat pada air limbah
rumah sakit sebagai fosfat dalam bentuk ortofosfat dan polifosfat.
Kriteria oyektif
Memenuhi syarat : Apabila hasil pengukuran telah
sesuai dengan standar baku air limbah yaitu 2 mg/l
Tidak memenuhi syarat : Apabila kadarnya melebihi 2 mg/l
4.
Kualitas Air Limbah
Yang dimaksud dengan kualitas limbah cair dalam penelitian
ini adalah mutu air limbah yang dapat dilihat dari indikator parameter fisik
dan kimia yang telah ditetapkan dalam standar baku mutu air limbah.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah observasional dengan pendekatan deskriftif untuk mengetahui kualitas air
limbah Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu tahun 2005.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di
Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu yang merupakan salah satu rumah sakit
milik Pemerintah daerah Sulawesi Tengah
yang berstatus type C.
C.
Gambaran umum Pengolahan Limbah Cair
Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu
Limbah
cair rumah sakit Umum Anutapura Kota Palu belum ditangani dengan baik karena
Rumah Sakit Umum tersebut belum memiliki
Instalasi Pengolahan limbah cair. Limbah yang berasal dari aktivitas dan
kegiatan Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu yang berasal dari ruang dapur,
laundry, perawatan melalui saluran atau
selokan disekeliling bangunan dan menyatu pada bak kecil yang dialirkan
langsung ke riol perkotaan bagian barat, demikian pula dengan limbah yang berasal dari ruang perawatan,
ruang apotik, ruang UGD, ruang radiologi, ruang poli, ruang laboratorium, ruang
operasi mengalir melalui saluran atau selokan disekeliling bangunan menyatu pada bak kecil yang dialirkan ke riol
perkotaan bagian selatan, air limbah tersebut dialirkan tanpa mengalami
pengolahan terlebih dahulu.
Dalam
penelitian ini penganbilan sampel dilakukan
pada 2 titik effluen berdasarkan hasil survei dilapangan. Adapun titik pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
1.
Titik I
Titik Pengambilan sampel I yaitu limbah cair yang berasal dari ruang dapur, laundry,
perawatan (isolasi, kelas cendrawasi, kebidanan dan kandungan, bangsal bedah).
2.
Titik II
Titik Pengambilan sampel II yaitu limbah cair yang berasal dari ruang perawatan (VIP, anak,
penyakit dalam), ruang apotik, ruang UGD, ruang radiologi, ruang poli, ruang
laboratorium, ruang operasi.
D. Populasi dan sampel
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh air limbah
yang berasal dari kegiatan Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu.
2.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah air limbah yang
terbuang mengalir diselokan sekeliling rumah sakit yang masuk pada 2 titik
effluen yaitu titik effluen I air limbah yang berasal dari ruang dapur, ruang laundry ,
ruang perawatan ( isolasi, kelas cendrawasi, kebidanan dan kandungan, bangsal
bedah) dan pada titik effluen II air
limbah berasal dari ruang perawatan
(VIP, anak, penyakit dalam), ruang apotik, ruang UGD, ruang radiologi, ruang
Poli, ruang Laboratorium, ruang Operasi.
3.
Cara
Pengambilan sampel dan Besar Sampel
Pengambilan
sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik pengambilan sampel Composite
Sampling (gabungan waktu), merupakan contoh sesaat yang diambil pada suatu
tempat yang sama pada waktu yang berbeda dan hasilnya menunjukkan keadaan
rata-rata dari suatu tempat dalam periode tertentu. Pengambilan sampel
dilaksanakan pada pagi hari jam 09.30 dan siang hari jam 14.00. Dengan jumlah
sampel sebanyak 36 dari 2 titik effluen pengambilan
sampel, pengambilan sampel dilakukan selama 3 hari berturut-turut yaitu hari
kamis, jumat dan sabtu bertepatan dengan tanggal 16 – 18 jani 2005.
4.
Frekwensi dan waktu
pengambilan sampel
Jumlah sampel yang diambil oleh
peneliti pada setiap titik pengambilan sampel adalah 2 titik X 2
kali pengambilan X 3 hari X 3
parameter = 36 sampel, dimana setiap titik pengambilan terdiri atas 18 sampel.
Pada penelitian ini dilakukan waktu 3 hari dimana hari I dilakukan
pengambilan sampel pada pagi hari jam 09.30 WITA titik effluen I dan pada
jam 09.55 WITA di titik effluen II, siang hari jam 14.00 WITA di titik
effluen I dan pada jam 14.30 WITA di titik effluen II, sampel tersebut langsung
dibawah ke laboratorium kesehatan Kota Palu untuk diperiksa oleh tenaga
laboratorium. Pada hari ke II
dan hari ke III dilakukan pengambilan sampel sama dengan prosedur yang
dilakukan pada hari I. .
E. Metode pengukuran
Metode pengukuran yang digunakan yaitu :
1.
Pemeriksaan
BOD dengan metode Titrasi Winkler
2.
Pemeriksaan
COD dengan Metode Titrasi Winkler
3.
Pemeriksaan
PO4 dengan Metode Stano Clorida
F. Cara Pengambilan Data
1.
Data primer
Untuk mendapatkan data primer ini dilakukan dengan
pemeriksaan sampel di laboratorium kesehatan propinsi terhadap parameter BOD, COD dan PO4.
2.
Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari kantor Dinas Kesehatan Kota
Palu, Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu dan Instansi lain yang terkait.
G. Pengelolaan dan Analisa
Data
1.
Pengelolaan datapada penelitian
ini dilakukan secara manual dengan
menggunakan alat bantu kalkulator.
2.
Analisa Data yang digunakan adalah data yang telah diperoleh
dari hasil pemeriksaan laboratorium dan dianalisa secara deskritif dengan
menggunakan tabel dan diuraikan dalam bentuk narasi dan selanjutnya dibuat
suatu kesimpulan.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah
Sakit Umum Anutapura Kota Palu dan Laboratorium Kesehatan Palu dari tanggal 10 -
22 juni 2005 dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kualitas air
limbah Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu.
Penelitian dilakukan dengan
pengambilan sampel pada 2 titik effluen saluran
pembungan limbah rumah sakit selama 3 hari berturut-turut dengan waktu pengambilan sampel
yang berbeda yaitu pagi dan siang hari. Titik effluen I limbah berasal dari
ruang dapur, ruang laundry dan ruang perawatan pasien (isolasi, kelas cendrawasi,
kebidanan dan kandungan, bangsal bedah), dan titik effluen II limbah berasal
dari ruang UGD, ruang radiologi, ruang
poli rawat jalan, ruang operasi, ruang farmasi, dan ruang perawatan (VIP, anak, penyakit dalam),ruang
laboratorium. dan dilakukan pemeriksaan sampel terhadap parameter BOD, COD dan
PO4 di Laboratorium Kesehatan Palu.
Adapun hasil pemeriksaan dari
parameter air limbah yang diperiksa sebagai berikut :
1.
Biological Oksigen Demand (BOD)
Hasil pemeriksaan kadar Biological Oksigen Demand (BOD) air
limbah Rumah Sakit Anutapura Kota Palu dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1
Hasil Pemeriksaan BOD Air Limbah Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu Tanggal 16-18
juni 2005
NO
|
Hari
|
Waktu Pengambilan
|
|||||||
Titik I
|
Titik II
|
||||||||
Pagi
|
Siang
|
Rata-rata
|
Ket
|
Pagi
|
Siang
|
Rata-rata
|
Ket
|
||
1.
2.
3.
|
I
II
III
|
4,2
7
6,8
|
7,8
7,2
5,6
|
6
7,1
6,2
|
MS
MS
MS
|
8,8
9,9
6,86
|
10
10
8,6
|
9,4
9,95
7,73
|
MS
MS
MS
|
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel diatas bahwa kadar BOD air limbah di Rumah Sakit Umum
Anutapura Kota Palu, pada titik effluen I pengambilan sampel dengan waktu yang
berbeda, pada hari pertama nilai rata-rata 6 mg/l, hari kedua 7,1 mg/l, hari
ketiga 6,2 mg/l dengan nilai rata-rata selama 3 hari pemeriksaan dititik
effluen I 6,4 mg/l dan titik
effluen II pengambilan sampel dengan
waktu yang berbeda, pada hari pertama nilai rata-rata 9,4 mg/l, hari kedua 9,95
mg/l, hari ketiga 7,73 mg/l, dengan nilai rata-rata selama 3 hari pemeriksaan
dititik effluen II 9,03 mg/l. Jumlah kadar BOD masih dibawah Standar Baku
Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. Kep-58/MENLH/12/1995 (BOD =
30mg/l).
2.
Chemical Oxygen Demand (COD).
Hasil pemeriksaan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) air
limbah Rumah Sakit Anutapura Kota Palu dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2
Hasil Pemeriksaan COD Air Limbah Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu Tanggal 16-18
juni 2005
NO
|
Hari
|
Waktu Pengambilan
|
|||||||
Titik effluen I
|
Titik effluen II
|
||||||||
Pagi
|
Siang
|
Rata-rata
|
Ket
|
Pagi
|
Siang
|
Rata-rata
|
Ket
|
||
1
|
I
|
250
|
512,8
|
381,4
|
TMS
|
1538,4
|
1282
|
1410,2
|
TMS
|
2
|
II
|
250
|
769,2
|
509,6
|
TMS
|
1538,4
|
1538,4
|
1538,4
|
TMS
|
3
|
III
|
250
|
512,8
|
381,4
|
TMS
|
250
|
769,2
|
509,5
|
TMS
|
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel tersebut bahwa
kadar Chemical Oxygen Demand (COD) air limbah di Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu pada titik
efluen I, pengambilan sampel dengan
waktu yang berbeda yaitu pagi dan siang hari selama 3 hari berturut-turut, pada
hari pertama nilai rata-rata 381,4 mg/l, hari kedua nilai rata-rata 509,6 mg/l,
hari ketiga nilai rata-rata 381,4 mg/l
dengan jumlah nilai rata-rata selama 3 hari pemeriksaan dititik effluen I adalah
424,13 mg/l. dan pada titik effluen II
pengambilan sampel dengan waktu yang berbeda yaitu pagi dan siang hari selama 3
hari berturut-turut, pada hari pertama nilai rata-rata 1410,2 mg/l, hari kedua nilai
rata-rata 1538,4 mg/l, hari ketiga nilai rata-rata 509,5 mg/l dengan jumlah nilai
rata-rata selama 3 hari pemeriksaan dititik effluen II adalah 1152,7 mg/l.
Dengan hasil kedua titik Effluen menunjukan jumlah kadar Chemical Oxygen Demand
(COD) air limbah tidak memenuhi syarat
karena melebihi dari standar baku mutu limbah cair kegiatan Rumah Sakit berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. Kep-58/MENLH/12/1995 yaitu COD 80 mg/l.
3.
Fospat ( PO4)
Hasil pemeriksaan laboratorium kadar Fospat ( PO4) pada 2 titik effluen
air limbah Rumah Sakit Anutapura Kota Palu dapat dilihat pada tabel berikut ini
:
Tabel 3
Hasil Pemeriksaan Fospat ( PO4) Air Limbah Rumah Sakit
Umum Anutapura Kota Palu Tanggal 16-18 juni 2005.
NO
|
Hari
|
Waktu Pengambilan
|
|||||||
Titik effluen I
|
Titik effluen II
|
||||||||
Pagi
|
Siang
|
Rata-rata
|
Ket
|
Pagi
|
Siang
|
Rata-rata
|
Ket
|
||
1
|
I
|
2,166
|
2,032
|
2,099
|
TMS
|
2,166
|
2,592
|
2,379
|
TMS
|
2
|
II
|
0,252
|
0,126
|
0.189
|
MS
|
0,165
|
0.124
|
0,145
|
MS
|
3
|
III
|
0.76
|
1,169
|
0,967
|
MS
|
0,630
|
1,115
|
0,873
|
MS
|
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel tersebut bahwa
kadar Fospat (PO4) air limbah di Rumah Sakit Umum Anutapura Kota
Palu pada titik effluen I pengambilan sampel dengan waktu yang berbeda pagi dan
siang hari selama 3 hari berturut-turut pada hari pertama nilai rata-rata 2.099
mg/l, tidak memenuhi syarat, hari kedua nilai rata-rata 0,189 mg/l, hari ketiga
nilai rata-rata 0,967 mg/l dengan jumlah nilai rata-rata selama 3 hari
pemeriksaan dititik effluen I 1,085
mg/l. Dan titik effluen II pengambilan
sampel dengan waktu yang berbeda pagi dan siang hari selama 3 hari berturut-turut
pada hari pertama nilai rata-rata 2,375 mg/l tidak memenuhi
syarat, hari kedua nilai rata-rata 0,145 mg/l, hari ketiga nilai rata-rata
0,873 mg/l dengan jumlah nilai rata-rata selama 3 hari pemeriksaan dititik effluen
II 1,131 mg/l. Hasil nilai rata-rata
kedua titik effluent memenuhi syarat baku mutu limbah cair kegiatan Rumah
Sakit berdasarkan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. Kep-58/MENLH/12/1995 yaitu PO4 =2 mg/l.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil survei diketahui
bahwa Rumah Sakit Umum AnutaPura Kota Palu memiliki beberapa saluran pembungan
air limbah untuk mengalirkan limbah cair ke titik effluen sebelum dibuang
kesaluran perkotaan.
Oleh karena itu pada peneliti ini
dilakukan pemeriksaan kualitas air limbah pada hasil pembungan dari kegiatan Rumah
Sakit Umum AnutaPura Kota Palu yang dibuang ke riol perkotaan tampa mengalami pengolahan terlebih dahulu.
Adapun parameter yang diukur adalah BOD, COD dan PO4, yang dilakukan
di laboratorium kesehatan. Hasil
dari pemeriksaan ini dapat dilihat pada tabel 1, 2 dan 3.
Hasil pengukuran yang diperoleh
kemudian dibandingkan dengan standar Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit yang
diperbolehkan sesuai dengan Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. Kep-58/MENLH/12/1995,
untuk mengetahui kualitas limbah cair Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu.
Sesuai hasil penelitian didapatkan bahwa parameter :
1.
Biological Oksigen Demand (BOD)
Uji BOD adalah salah satu metode
analisis yang dipergunakan untuk mengetahui tingkat polusi dari suatu air
limbah dalam pengertian kebutuhan mikroba akan oksigen dan merupakan ukuran tak
langsung dari bahan organik dalam
limbah.
Jika tingkat oksigen terlalu rendah,
maka organisme yang hidupnya menggunakan oksigen seperti ikan dan bakteri aerob
akan mati. Jika bakteri aerob mati, maka organisme aerob akan menguraikan bahan
organik dan menghasilkan bahan seperti Methana dan H2S yang dapat menimbulkan
bau busuk pada air.
Jika BOD tinggi maka dapat
mempengaruhi proses pengolahan air limbah karena bakteri yang ada tidak dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik akibat kekurangan O2 sebab banyaknya
polutan pada limbah cair sehingga bahan-bahan organik dan bahan-bahan polutan
lain tidak dapat diuraikan dengan baik akibatnya aktivitas bakteri untuk
mengkomsumsi bahan-bahan organik yang terkandung dalam air limbah menjadi
berkurang.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium
terhadap kadar Biological Oksigen Demand
(BOD) dengan menggunakan metode WINKLER pada titik effluen pertama selama 3
hari berturut-turut dengan waktu yang berbeda pagi dan siang hari dengan nilai
rata-rata 6,4 mg/l, limbah yang berada pada titik effluen I berasal dari dapur,
laundry dan ruang perawatan pasien. Pada titik effluen II selama 3 hari
berturut-turut dengan waktu yang berbeda pula pagi dan siang hari dengan nilai
rata-rata 9,03 mg/l, limbah dititik
effluen II berasal dari ruang UGD, ruang
radiologi, ruang poli rawat jalan, ruang operasi, ruang farmasi, dan ruang
laboratorium.
Dari kedua titik effluen nilai yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan yang tertera pada tabel 1 menunjukan bahwa nilai tersebut masih dibawah standar baku mutu air limbah rumah sakit (memenuhi
syarat) dibandingkan dengan kadar maksimum yang diperbolehkan sesuai Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No Kep-58/MENLH/12/995 (BOD = 30 mg/l).
Biological Oksigen Demand (BOD) air
limbah yang dihasilkan Rumah Sakit Anutapura rendah, hal ini disebabkan
karena adanya bahan organik yang tidak
dapat dipecah secara biologis seperti bahan-bahan kimia atau bahan toksik yang
dihasilkan air limbah tiap-tiap ruangan, seperti yang keluar dari ruang operasi,
ruang farmasi dan ruang laboratorium serta ruang radiologi. Ruang ini banyak
menghasilkan bahan kimia.
Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Natalil (2001)
di Rumah Sakit umum Daerah Lakipadada Tanah toraja menunjukan bahwa hasil
pemeriksaan kadar Biological Oksigen Demand (BOD) berkisar antara 34,06 – 36,82 mg/l (tidak memenuhi syarat) , hal ini terjadi dipengaruhi Rumah Rumah Sakit
yang berbeda, jumlah pasien, sehingga bahan kimia yang dipergunakan di Rumah Sakit dalam
kegiatan sehari-hari juga berbeda-beda.
2.
Chemical Oxygen Demand (COD).
Tingginya kadar COD dalam air limbah
dipengaruhi oleh adanya bahan-bahan kimia. Uji COD merupakan analisa kimia
untuk mengetahui tingkat polutan bahan kimia yang ada dalam air limbah. Uji ini
juga dapat mengukur senyawa-senyawa organik yang tidak dapat dipecahkan secara
biologis.
Berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium kadar Chemical Oxygen Demand (COD) dengan menggunakan metode
WINKLER pada titik effluen I selama 3 hari berturut-turut dengan waktu yang
berbeda pagi dan siang hari dengan nilai
rata-rata 424,13 mg/l, limbah yang berada pada titik effluen I berasal dari ruang
dapur, ruang Laundry dan ruang perawatan pasien. Dan pada titik effluen II
perngambilan sampel selama 3 hari berturut-turut dengan waktu yang berbeda pula
pagi dan siang hari diperoleh nilai rata-rata 1152,7 mg/l, limbah dititik
effluen II berasal dari ruang UGD, ruang radiologi, ruang poli rawat jalan,
ruang operasi, ruang farmasi, dan ruang laboratorium.
Dari kedua titik effluen nilai yang diperoleh
dari hasil pemeriksaan sampel air limbah yang tertera pada tabel 2 menunjukan
bahwa nilai tersebut melebihi standar
baku mutu air limbah rumah sakit (tidak memenuhi syarat) dibandingkan dengan
kadar maksimum yang diperbolehkan sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No
Kep-58/MENLH/12/995 (COD = 80 mg/l).
Kadar COD air limbah yang dihasilkan Rumah Sakit Anutapura tidak
memenuhi syarat karena air limbah yang dihasilkan adalah air limbah segar yang belum mengalami proses pengolahan. Dilihat
pada tabel 2 kadar COD yang tertinggi berada pada titik effluent II karena di
titik effluent II air limbah yang dihasilkan berasal dari kegiatan ruang UGD, ruang
Laboratorium, ruang Farmasi, dan ruang operasi. sedangkan pada titik effluen I
air limbah yang dihasilkan berasal dari laundry
dan ruang perawatan, limbah yang masuk
ke titik effluen I dan II banyak mengandung bahan kimia berbahaya B3.
Tingginya kadar COD dalam air limbah
menandakan bahwa air tersebut tercemar. Air limbah yang tercemar sangat
berbahaya terhadap kesehatan manusian
karena dapat menjadi media pembawa penyakit dan juga banyak mengandung
bakteri-bakteri pathogen. Air limbah akan menyebabkan tertariknya beberapa
species penyebab penyakit seperti tikus, nyamuk, lalat dan sebagainya.
Limbah cair rumah sakit dapat
berfungsi sebagai media pembawa penyakit Hepatitis B yang dapat ditularkan
melalui darah penderita yang mengandung
mikroorganisme dalam jumlah yang banyak, bahan tersebut berasal dari
laboratorium yang mengandung bahan-bahan kimia, jarum suntik benda tajam yang
dibuang ke saluran air limbah, sehingga pengunjung maupun petugas rumah sakit akan
berisiko akan mendapatkan penyakit nosokomial yang disebabkan oleh air limbah
yang tidak memenuhi syarat dan tidak dikelola dengan baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh
Nasmiati (1998) di Rumah Sakit
Labuan Baji Ujung Pandang dimana hasil penelitiannya menunjukan bahwa kadar Chemical
Oxygen Demand (COD) pada titik penganbilan sampel tidak memenuhi syarat (323,3 - 963 mg/l), tidak adanya pengolahan air
limbah pada Rumah Sakit Labuan Baji makassar.
Hasil penelitian didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hasda
(2002) di Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo Sulawesi Selatan menunjukan
bahwa hasil pemeriksaan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) lebih tinggi
berkisar antara 322,5 – 858,5 mg/l, hal ini terjadi karena air limbah yang
diperiksa belum mendapatkan pengolahan dan rumah sakit tersebut belum memiliki
sarana pengolahan air limbah.
3.
Fospat (PO4)
Fosfor dalam air limbah sebagai
fosfat (PO4) dalam bentuk ortofosfat dan polifosfat. Sumber Fosfor
dalam air limbah termasuk bahan organik,
yang berasal dari bahan pembersih yang digunakan untuk proses pembersihan,
serta hasil buangan manusia, dan air seni. Dengan demikian unsur ini terdapat
sebagai senyawa mineral dan senyawa organik. Fosfat juga dapat berada sebagai
ligan dalam sebuah kompleks logam karena fosfat bereaksi dengan sejumlah zat
membentuk senyawa yang tidak larut, dan mudah diabsorpsi oleh tumbuh-tumbuhan,
kosentrasi dari fosfat anorganik terlarut dalam kebanyakan perairan
konstan.
Walaupun jumlah kecil fosfat terlarut
terdapat dalam air alamiah bila jumlahnya meningkat akan berbahaya terhadap
kehidupan air. Kenaikan konsentrasi fosfat merupakan tanda adanya zat pencemar
dalam perairan.
Hasil pemeriksan laboratorium kadar
fosfat (PO4) dengan menggunakan metode Stano Clorida, menunjukkan
bahwa dari kedua titik effluen nilai yang diperoleh dari hasil pemeriksaan yang
tertera pada tabel 3 yaitu pada hari pertama, kedua titik effluen tidak
memenuhi syarat sebagai baku mutu air
limbah kegiatan rumah sakit dimana kadar fosfat lebih tinggi (2,099 mg/l) pada
titik I dan pada titik II (2,379 mg/l)
dibanding hari ke dua (0,189 mg/l) pada
titik I dan pada titik II (0,145mg) memenuhi syarat dan ke tiga (0,967mg/l) pada
titik I dan pada titik II (0,873mg/l) memenuhi syarat.
Meningkatnya kadar fosfat di hari
pertama kunjungan (hari kamis) disebabkan oleh karena banyaknya kunjungan pasien
rawat jalan sehingga kegiatan tiap ruangan juga meningkat dengan aktifitas yang
berbeda-beda dibandingkan dengan jumlah kunjungan dan aktifitas di hari jumat
dan sabtu disamping itu kegiatan jam kerja yang dilaksanakan pada hari kamis
khususnya pada penerimaan pasien jauh lebih lama yakni dari jam 08.00 sampai
13.00 Wita dibanding dengan waktu jam kerja pada hari jumat (08.00 sampai 11.00
Wita) dan pada hari sabtu (jam 08.00 sampai 12.00 Wita). Di ruangan laundry pada hari kamis kain yang dicuci lebih banyak dari hari jumat
dan sabtu. Sehingga hasil pemeriksaan kadar fosfat pada air limbah rumah sakit
umum Anutapura meningkat dihari I.
Berdasarkan nilai rata-rata dari
hasil pemeriksaan pada titik effluent I
selama 3 hari berturut-turut dengan waktu yang berbeda pada pagi dan siang hari
diperoleh 1,085 mg/l. Limbah yang berada
pada titik effluen I berasal dari ruang dapur, ruang laundry dan ruang
perawatan pasien. Pada titik effluen II pengambilan sampel selama 3 hari
berturut-turut dengan waktu yang berbeda pagi dan siang hari dengan nilai
rata-rata 1,131 mg/l. Limbah dititik effluen II berasal dari ruang UGD, ruang radiologi, ruang
poli rawat jalan, ruang operasi, ruang farmasi, dan ruang laboratorium. Nilai
rata-rata dari ke dua
titik effluen memenuhi syarat dibandingkan dengan baku mutu air limbah kegiatan rumah Sakit dengan kadar maksimum yang diperbolehkan
sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No Kep-58/MENLH/12/995 (PO4
= 2
mg/l).
Bila kadar fosfat dalam waktu 24 jam bila
melebihi standar baku
mutu air limbah rumah sakit yaitu 2 mg/l
akan mempengaruhi kesehatan manusia yaitu menyebabkan gangguan pada tulang.
Dengan tidak adanya sarana pengolahan
air limbah pada Rumah Sakit Umum AnutaPura Kota Palu sangat mempengaruhi
kualiats air buangan yang di hasilkan yaitu
tidak memenuhi syarat terutama parameter COD
air limbah yang berasal dari saluran pembuangan masing-masing ruangan
penghasil air limbah langsung dibuang kesaluran perkotaan tampa mengalami
pengolahan terlebih duhulu, sehingga dapat menimbulkan dampak pada pasien
pengunjung serta pada masyarakat yang berada disekitar Rumah Sakit Umum
Anutapura Kota Palu.
Bila air limbah rumah sakit tidak ditangani
dengan baik akan menimbulkan resiko terhadap kesehatan masyarakat karena air
limbah dapat menjadi media pembawah penyakit dan banyak mengandung bakteri
pathogen seperti timbulnya berbagai penyakit yang dapat dibawah hewan-hewan
yang merupakan vektor pembawah penyakit,
resiko air limbah yang tercemar terhadap
keseimbangan lingkungan yaitu dimana air limbah banyak mengandung
senyawa organik yang dapat dimanfaatkan oleh beberapa organisme terutama
mikroorganisme yang terdapat di lingkungan. Organisme tersebut metabolisme
senyawa organik tadi melalui reaksi oksidasi dengan mengunakan oksigen yang
terlarut dalam air. Karena oksigen mempunyai kelarutan lebih kecil maka dengan
cepat dikonsumsi yang akhirnya menyebabkan air kekurangan oksigen dan
lingkungan menjadi aerobik. Begitu oksigen habis, maka beberapa organisme yang
hidupnya menggunakan oksigen seperti ikan dan bakteri aerobik akan mati. Dan
resiko tercemar air limbah terhadap keindahan lingkungan rumah sakit yaitu
mengeluarkan bau yang sangat menusuk hidung, menganggu pemandangan dan keadaan
ini juga akan mengganggu segi keindahan yang dipunyai air.
Untuk mengatasi hal tersebut
diperlukan pengadaan sarana pengolahan limbah cair di Rumah Sakit Umum
Anutapura Kota Palu agar dapat mencegah dampak negatif yang ditimbulkan. Dengan
adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah maka limbah yang berasal dari seluruh
kegiatan Rumah Sakit Umum Aputapura Kota Palu dapat diolah sebelum dibuang ke
riol perkotaan agar tidak mengganggu
kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit.
Jenis pengolahan air limbah
diupayakan agar sesuai dengan jenis limbah yang akan diolah, terlebih dahulu
perlu diketahui bahwa jenis produksi air limbah rumah sakit berkaitan erat
dengan jenis kegiatan yang dilakukan oleh rumah sakit.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel
air Limbah Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Nilai kadar BOD pada titik
effluen I memenuhi syarat 6 mg/l – 7,1
mg/l, pada titik II memenuhi syarat 7,73
mg/l - 9,95 mg/l. kadar BOD Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu Memenuhi
syarat dibawah standar baku mutu air limbah kegiatan rumah sakit sesuai keputusan menteri lingkungan hidup No
Kep-58/MENLH/12/995 (BOD 30mg/l.).
2.
Nilai kadar COD pada titik
effluent I tidak memenuhi syarat 381,4 – 509,6 mg/l, pada titik effluent II
juga tidak memenuhi syarat 509,5 –
1538,4 mg/l kadar COD Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu tidak memenuhi
syarat, setelah dibandingkan dengan
standar baku mutu air limbah kegiatan rumah sakit sesuai keputusan
menteri lingkungan hidup No Kep-58/MENLH/12/995 (COD 80mg/l) melebihih tingkat maksimum yang
dianjurkan.
3.
Nilai kadar PO4 pada
titik effluent I nilai rata-rata selama
3 hari pemeriksaan dengan waktu yang berbeda
1,085 mg/l, pada titik II nilai
rata-rata selama 3 hari pemeriksaan dengan waktu yang berbeda 1,131 mg/l, kadar
PO4 Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu memenuhi syarat setelah
dibandingkan dengan standar baku mutu
air limbah kegiatan rumah sakit sesuai keputusan menteri lingkungan hidup No
Kep-58/MENLH/12/995 (PO4 2
mg/l)
B. Saran
1.
Kadar BOD air limbah Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu yang telah
memenuhi syarat tetap dipertahanakan dan tidak terjadi peningkatan kadar BOD.
2.
Dengan ditemukannya kadar air limbah
yang tidak memenuhi syarat (COD) maka diharapkan pada pihak Rumah Sakit Umum
Anutapura Kota Palu untuk membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL),
melakukan pengawasan secara kontinyu dan pemeriksaan secara berkala terhadap
parameter limbah cair dari masing-masing sumber penghasil air limbah agar
kualitas limbah cair yang dihasilkan memenuhi syarat yang ditentukan.
3.
Disarankan kepada dinas terkait
(kantor walikota) agar memberikan teguran kepada rumah sakit yang belum
memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) karena limbah cair yang dihasilkan rumah sakit sebagian mengandung
limbah B3.
4.
Perlunya penelitian lebih
lanjut mengenai parameter yang belum diteliti oleh peneliti yaitu bahan toksik yang terkandung dalam air limbah.
DAFTAR PUSTAKA
Daud, Anwar, Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan, Jurusan Kesehatan Lingkungan FKM
Unhas, 1999
Fardiaz, S, Polusi Air dan Udara, Kansius, Yogyakarta ,
1992
Hadisoegondo, Satmoko, Pencemaran Air Oleh Bahan Kimia dan
Hubungannya Dengan Kesehatan
Masyarakat, Majalah Kesehatan Masyarakat Indinesia, Tahun XIX Nomor 5
September, 1990.
Hasda, Studi Kualitas Limbah Cair di Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo Sulawesi Selatan Tahun 2002, Skripsi Tidak
Diterbitkan STIK Tamalatea Makassar, 2002.
http:// www cybermed.cdn.net.id.Lokakarya penanganan limbah medis pada pelayanan kesehatan dasar, Diakses
tanggal 15 januari 2005.
Kusnoputranto, Haryoto, Limbah Industri dan B3 ; Dampaknya Terhadap
Kualitas Lingkungan dan Upaya
Pengelolaannya, Pelatihan Pengelolaal dan Teknologi Limbah Bandung , 2-13 Agustus 1993
Natanil, LR, Studi Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Di RSUD Lakipada Tanah Toraja
Tahun 2001, Skripsi Tidak Diterbitkan FKM Unhas, 2001.
Notoatmodjo, Soekidjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta,
2002
Sastrawijaya, A. Tresna, Pencemaran Lingkungan, Rineka Cipta, 1991.
Soejaga, Kondisi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Saat Ini dan Kecenderungannya
Dimasa Datang, Kumpulan Makalah Seminar sehari Pengelolaan Limbah Rumah
Sakit, Surabaya, 1995.
Sogiarto, Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, Jakrta, penerbit UI-Press, 1987.
Soemirat, Slamet Juli, Kesehatan Lingkungan, Bandung ,
Gadjah Mada Universitas Press, 1994.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar